Kamis, 09 Oktober 2014

Pengkajian Sistem Respirasi pada Anak


BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Proses pengkajian keperawatan harus dilakukan dengan sangat individual (sesuai masalah dan kebutuhan klien saat ini). Dalam menelaah status pernapasan klien, perawat melakukan wawancara dan pemeriksaan fisik untuk memaksimalkan data yang dikumpulkan tanpa harus menambah distres pernapasan klien.Setelah pengkajian awal perawat memilih komponen pemeriksaan yang sesuai dengan tingkat distres pernapasan yang dialami klien.Komponen pemeriksaan pulmonal harus mencakup tiga kategori distres pernapasan yaitu akut, sedang, dan ringan.Perawat yang memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan pernapasan melakukan dan menginterpretasi berbagai prosedur pengkajian.Data yang dikumpulkan selama pengkajian digunakan sebagai dasar untuk membuat rencana asuhan keperawatan klien.
Perawat yang memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan pernapasan melakukan dan menginterpretasi berbagai prosedur pengkajian.Data yang dikumpulkan selama pengkajian digunakan sebagai dasar untuk membuat rencana asuhan keperawatan klien.Dalam makalah ini, kelompok mencoba membahas dan memaparkan pengkajian pernafasan.
B.   Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, masalah  yang dapat kami kaji dalam makalah ini diantaranya:
1.    Bagaimana anatomi fisiologi system respirasi?
2.    Bagaimana pengkajian sistem respirasi pada anak?
C.   Tujuan Penulisan
Dalam pembuatan tugas ini, adapun tujuan yang hendak dicapai penulis yaitu:
1.    Untuk mengetahui anatomi fisiologi system respirasi
2.    Untuk mengetahui pengkajian system respirasi pada anak

D.   Metode Penulisan
Metode yang kami gunakan dalam menulis makalah ini, yaitu :
1.    Metode Kepustakaan
Adalah metode pengumpulan data yang digunakan penulis dengan mempergunakan buku atau refrensi yang berkaitan dengan masalah yang sedang dibahas
2.    Metode Media Informatika
Adalah metode dengan mencari data melalui situs-situs di internet

















BAB II
PEMBAHASAN

A.   Anatomi Fisiologi Sistem Respirasi
1.    Pengertian
Pernafasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung (oksigen) ke dalam tubuh serta menghembuskan udara yang banyak mengandung karbondioksida sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh.Penghisapan udara ini disebut inspirasi dan menghembuskan disebut ekspirasi.
2.    Anatomi Sistem Respirasi
1)    Hidung = Naso = Nasal
Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung (cavum nasalis). Rongga hidung berlapis selaput lendir, di dalamnya terdapat kelenjar minyak (kelenjar sebasea) dan kelenjar keringat (kelenjar sudorifera).Selaput lendir berfungsi menangkap benda asing yang masuk lewat saluran pernapasan.Selain itu, terdapat juga rambut pendek dan tebal yang berfungsi menyaring partikel kotoran yang masuk bersama udara.Juga terdapat konka yang mempunyai banyak kapiler darah yang berfungsi menghangatkan udara yang masuk.Di sebelah belakang rongga hidung terhubung dengan nasofaring melalui dua lubang yang disebut choanae.
Pada permukaan rongga hidung terdapat rambut-rambut halus dan selaput lendir yang berfungsi untuk menyaring udara yang masuk ke dalam rongga hidung.
2)    Tekak (Faring)
Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring merupakan percabangan 2 saluran, yaitu saluran pernapasan (nasofarings) pada bagian depan dan saluran pencernaan (orofarings) pada bagian belakang.
Pada bagian belakang faring (posterior) terdapat laring (tekak) tempat terletaknya pita suara (pita vocalis). Masuknya udara melalui faring akan menyebabkan pita suara bergetar dan terdengar sebagai suara.
Makan sambil berbicara dapat mengakibatkan makanan masuk ke saluran pernapasan karena saluran pernapasan pada saat tersebut sedang terbuka. Walaupun demikian, saraf kita akan mengatur agar peristiwa menelan, bernapas, dan berbicara tidak terjadi bersamaan sehingga mengakibatkan gangguan kesehatan.
Fungsi utama faring adalah menyediakan saluran bagi udara yang keluar masuk dan juga sebagi jalan makanan dan minuman yang ditelan, faring juga menyediakan ruang dengung(resonansi) untuk suara percakapan.
3)    Pangkal Tenggorokan(Laring)
Laring merupakan suatu saluran yang dikelilingi oleh tulang rawan.Laring berada diantara orofaring dan trakea, didepan lariofaring.Salah satu tulang rawan pada laring disebut epiglotis.Epiglotis terletak di ujung bagian pangkal laring.
Laring diselaputi oleh membrane mukosa yang terdiri dari epitel berlapis pipih yang cukup tebal sehingga kuat untuk menahan getaran-getaran suara pada laring.Fungsi utama laring adalah menghasilkan suara dan juga sebagai tempat keluar masuknya udara.
Pangkal tenggorok disusun oleh beberapa tulang rawan yang membentuk jakun.Pangkal tenggorok dapat ditutup oleh katup pangkal tenggorok (epiglotis).Pada waktu menelan makanan, katup tersebut menutup pangkal tenggorok dan pada waktu bernapas katu membuka. Pada pangkal tenggorok terdapat selaput suara yang akan bergetar bila ada udara dari paru-paru, misalnya pada waktu kita bicara.
4)    Batang Tenggorokan ( Trakea)
Tenggorokan berupa pipa yang panjangnya ± 10 cm, terletak sebagian di leher dan sebagian di rongga dada (torak).Dinding tenggorokan tipis dan kaku, dikelilingi oleh cincin tulang rawan, dan pada bagian dalam rongga bersilia.Silia-silia ini berfungsi menyaring benda-benda asing yang masuk ke saluran pernapasan.
Batang tenggorok (trakea) terletak di sebelah depan kerongkongan. Di dalam rongga dada, batang tenggorok bercabang menjadi dua cabang tenggorok (bronkus).Di dalam paru-paru, cabang tenggorok bercabang-cabang lagi menjadi saluran yang sangat kecil disebut bronkiolus.Ujung bronkiolus berupa gelembung kecil yang disebut gelembung paru-paru (alveolus).
5)    Cabang Tenggorokan ( Bronkus)
Tenggorokan (trakea) bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri. Struktur lapisan mukosa bronkus sama dengan trakea, hanya tulang rawan bronkus bentuknya tidak teratur dan pada bagian bronkus yang lebih besar cincin tulang rawannya melingkari lumen dengan sempurna. Bronkus bercabang-cabang lagi menjadi bronkiolus.
Batang tenggorokan bercabang menjadi dua bronkus, yaitu bronkus sebelah kiri dan sebelah kanan.Kedua bronkus menuju paru-paru, bronkus bercabang lagi menjadi bronkiolus. Bronkus sebelah kanan(bronkus primer) bercabang menjadi tiga bronkus lobaris (bronkus sekunder), sedangkan bronkus sebelah kiri bercabang menjadi dua bronkiolus. Cabang-cabang yang paling kecil masuk ke dalam gelembung paru-paru atau alveolus.Dinding alveolus mengandung kapiler darah, melalui kapiler-kapiler darah dalam alveolus inilah oksigen dan udara berdifusi ke dalam darah.Fungsi utama bronkus adalah menyediakan jalan bagi udara yang masuk dan keluar paru-paru.
6)    Alveoli
Saluran akhir dari saluran pernafasan yang berupa gelembung-gelembung udara.Dinding aleolus sanat tipis setebal silapis sel, lembap dan berdekatan dengan kapiler- kapiler darah.Adanya alveolus memungkinkan terjadinya luasnya daerah permukaan yang berperan penting dalam pertukaran gas.Pada bagian alveolus inilah terjadi pertukaran gas-gas O2 dari udara bebas ke sel-sel darah, sedangkan perukaran CO2 dari sel-sel tubuh ke udara bebas terjadi.
7)    Paru – paru
Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian samping dibatasi oleh otot dan rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh diafragma yang berotot kuat.Paru-paru ada dua bagian yaitu paru-paru kanan (pulmo dekster) yang terdiri atas 3 lobus dan paru-paru kiri (pulmo sinister) yang terdiri atas 2 lobus.Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang tipis, disebut pleura.Selaput bagian dalam yang langsung menyelaputi paru-paru disebut pleura dalam (pleura visceralis) dan selaput yang menyelaputi rongga dada yang bersebelahan dengan tulang rusuk disebut pleura luar (pleura parietalis).Paru-paru tersusun oleh bronkiolus, alveolus, jaringan elastik, dan pembuluh darah. Bronkiolus tidak mempunyai tulang rawan,tetapi ronga bronkus masih bersilia dan dibagian ujungnya mempunyai epitelium berbentuk kubus bersilia. Setiap bronkiolus terminalis bercabang-cabang lagi menjadi bronkiolus respirasi, kemudian menjadi duktus alveolaris.Pada dinding duktus alveolaris mangandung gelembung-gelembung yang disebut alveolus.
8)    Pleura
Merupakan lapisan tipisyang mengandung kolagen dan jaringan elastis. Terbagi menjadi 2:
1)    Pleura perietalis yaitu yang melapisi rongga dada.
2)    Pleura viseralis yaitu yang menyelubungi setiap paru-paru..
Diantara pleura terdapat rongga pleura yang berisi cairan tipis pleura yang berfungsi untuk memudahkan kedua permukaan itu bergerak selama pernafsan.Juga untuk mencegah pemisahan toraks dengan paru-paru.Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan atmosfir, hal ini untuk mencegah kolap paru-paru.
3.    Mekanisme Pernapasan
1)    Pernafasan dada
Pada pernafasan dada otot yang berperan penting adalah otot antar tulang rusuk.Otot tulang rusuk dapat dibedakan menjadi dua, yaitu otot tulang rusuk luar yang berperan dalam mengangkat tulang-tulang rusuk dan tulang rusuk dalam yang berfungsi menurunkan atau mengembalikan tulang rusuk ke posisi semula. Bila otot antar tulang rusuk luar berkontraksi, maka tulang rusuk akan terangkat sehingga volume dada bertanbah besar. Bertambah besarnya akan menyebabkan tekanan dalam rongga dada lebih kecil dari pada tekanan rongga dada luar. Karena tekanan uada kecil pada rongga dada menyebabkan aliran udara mengalir dari luar tubuh dan masuk ke dalam tubuh, proses ini disebut proses ’inspirasi’.
Sedangkan pada proses ekspirasi terjadi apabila kontraksi dari otot dalam, tulang rusuk kembali ke posisi semuladan menyebabkan tekanan udara didalam tubuh meningkat. Sehingga udara dalam paru-paru tertekan dalam rongga dada, dan aliran udara terdorong ke luar tubuh, proses ini disebut ’ekspirasi’.
2)    Pernafasan perut
Pada pernafasan ini otot yang berperan aktif adalah otot diafragma dan otot dinding rongga perut. Bila otot diafragma berkontraksi, posisi diafragma akan mendatar. Hal itu menyebabkan volume rongga dada bertambah besar sehingga tekanan udaranya semakin kecil.Penurunan tekanan udara menyebabkan mengembangnya paru-paru, sehingga udara mengalir masuk ke paru- paru(inspirasi).
Pernapasan adalah suatu proses yang terjadi secara otomatis walau dalam keadaan tertidur sekalipun karma sistem pernapasan dipengaruhi oleh susunan saraf otonom.
Menurut tempat terjadinya pertukaran gas maka pernapasan dapat dibedakan atas 2 jenis, yaitu pernapasan luar dan pernapasan dalam.
Pernapasan luar adalah pertukaran udara yang terjadi antara udara dalam alveolus dengan darah dalam kapiler, sedangkan pernapasan dalam adalah pernapasan yang terjadi antara darah dalam kapiler dengan sel-sel tubuh.
Masuk keluarnya udara dalam paru-paru dipengaruhi oleh perbedaan tekanan udara dalam rongga dada dengan tekanan udara di luar tubuh. Jika tekanan di luar rongga dada lebih besar maka udara akan masuk. Sebaliknya, apabila tekanan dalam rongga dada lebih besar maka udara akan keluar.Sehubungan dengan organ yang terlibat dalam pemasukkan udara (inspirasi) dan pengeluaran udara (ekspirasi) maka mekanisme pernapasan dibedakan atas dua macam, yaitu pernapasan dada dan pernapasan perut.Pernapasan dada dan perut terjadi secara bersamaan.


4.    Disfungsi  Pernapasan
Adalah gangguan terhadap kemampuan sistem pulmonal untuk penukaran oksigen dan karbon dioksida secara adekuat.Beberapa contoh gangguan pada system pernapasan manusia seperti asma, bronkopneumonia, bronkiolitis, displasia brinkoplumonar, batuk rejan, fibrosis kistik, epiglottis, pneumonia, tuberkolosis.

B.   Pengkajian Sistem Respirasi pada Anak
1.    Pengkajian Fisik Keperawatan Pada Anak
Merupakan pengkajian yang dilakukan pada anak yang bertujuan untuk memperoleh data status kesehatan anak serta dapat dijadikan sebagai dasar dalam menegakkan diagnosis keperawatan, adapun pengkajian fisik keperawatan meliputi:
a.    Pengkajian keadaan umum
Pada pengkajian ini terdiri dari pemeriksaan secara umum seperti pemeriksaan status kesadaran, status gizi, tanda-tanda vital, dan lain-lain.
b.    Pemeriksaan kesadaran
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai status kesadaran anak, status kesadaran ini dilakukan dengan dua penilaian yaitu penilaian secara kualitatif dan penilaian secara kuantitatif
c.    Pemeriksaan Status Gizi
Penilaian tentang status gizi dapat dilakukan dengan melakukan beberapa pemeriksaan seperti pemeriksaan antropometri meliputi pemeriksaan berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, pemeriksaan klinis dan laboratorium.
d.    Pemeriksaan Nadi
Dalam melakukan pemeriksaan nadi seharusnya dilakukan dalam keadaan tidur atau istirahat, pemeriksaan nadi dapat disertai dengan pemeriksaan denyut jantung untuk mengetahui adanya pulsus deficit yang merupakan denyut jantung yang cukup kuat untuk menimbulkan denyut nadi sehingga dneyut jantung lebih tinggi dari denyut nadi.
e.    Pemeriksaan Tekanan Darah
Dalam melakukan pemeriksaan tekanan darah, hasilnya sebaiknya dicantumkan dalam posisi atau keadaan apa seperti tidur, duduk, berbaring, atau menangis sebab posisi akan mempengaruhi hasil penilaian tekanan darah yang dilakukan. Pemeriksaan yang sering kita lakukan adalah pemeriksaan secara tidak langsung dengan menggunakan tensimeter yang dapat dilakukan secara palpasi atau secara auskultasi dengan bantuan stetoskop.
f.     Pemeriksaan Pernapasan
Pada pemeriksaan ini dilakukan dengan cara menilai frekuensi pernapasan, irama pernapasan, kedalaman pernapasan dan tipe atau pola pernapasan.
g.    Pemeriksaan Suhu
Pemeriksaan ini dapat dilakukan melalui rectal, aksila, dan oral yang digunakan untuk menilai keseimbangan suhu tubuh yang digunkan untuk membantu menentukan diagnosis dini suatu penyakit.
h.    Pemeriksaan Kuku, Kulit, Rambut, Kelenjar Getah Bening
1)    Pemeriksaan Kulit
Pemeriksaan kulit ini dilakukan untuk menilai warna, adanya sianosis, ikterus, eczema, pucat, purpura, eritema, macula, papula, pesikula, pustula, ulkus, turgor kulit, kelembapan kulit, tekstur kulit dan edema.Pemeriksaan warna kulit ini untuk mengetahui adanya pigmentasi kulit, kondisi normal dapat disebabkan karena melanin pada kulit.
2)    Pemeriksaan Kuku
Pada pemeriksaan kuku ini dilakukan dengan mengadakan inspeksi terhadap warna, bentuk dan keadaan kuku.Adanya jari tabuh yang menunjukkan penyakit pernapasan kronik atau penyakit jantung serta bentuk kuku yang cekung atau cembung menunjukkan adanya cedera, defisinsi besi, dan infeksi.
3)    Pemeriksaan rambut
Pada pemeriksaan rambut ini dilakukan untuk menilai adanya warna, kelebatan, distribusi dan karakteristik lainnya dari rambut.Keadaan normal adalah rambut menutupi semua kecuali telapak tangan dan kaki, permukaan labia sebelah dalam dan rambut kepala seperti berkilauan seperti sutra dan kuat.Adanya rambut kering rapuh kurang pigmen dapat menunjukkan adanya kekurangan gizi, adanya kurang tumbuh rambut dapat menunjukkan adanya malnutrisi, penyakit hipotiroidisme, efek obat dll.
4)    Pemeriksaan Kelenjar Getah Bening
Pemeriksaan getah bening dengan cara melakukan palpasi pada daerah leher atau inguinal yang lain, apabila terjhadi pembesaran dengan diameter >10mm menunjukkan adanya kemungkinan tidak normal atau indikasi penyakit tertentu.
i.      Pemeriksaan Kepala dan Leher
1)    Kepala
Pada pemeriksaan ini menilai tentang lingkaran kepala, apabila didapatkan lingkar kepala yang lebih besar dari normal dinamakan Makrosefali biasanya dapat ditemukan pada penyakit hidrocephalus dan mikrocefali dimana lingkar kepala kurang dari normal. Pemeriksaan yang lain adalah ubun-ubun atau fontanel.
2)    Wajah
Pemeriksaan wajah ynag dilakukan pada anak dapat dilihat tentang adanya asimetri atau tidak, asimetri pada wajah dapat disebabkan karena adanya paralisis fasialis, kemudian menilai adanya pembengkakan pada wajah.
3)    Mata
Pada pemeriksaan mata ini menilai adanya visus atau ketajaman penglihatan, pada pemeriksaan visus ini dapat dilakukandengan pemberian rangsangan cahaya pada umur neonates. Telinga
Dalam pemeriksaan telinga dapat dilakukan mulai dari telinga bagian luar, telinga bagian tengah dan telinga bagian dalam. Pada pemeriksaan telinga bagian luar dapat dimulai dengan pemeriksaan daun telinga dan liang telinga. Pemeriksaan liang telinga ini dapat dilakukan dengan bantuan otoskop kemudian selanjutnya pemeriksaan membrane timpani dimana dikatakan normal membrane timpaninya adalah sedikit cekung dan mengkilat kemudian dilihat juga adanya perforasi atau tidak, kemudian pemeriksaan mastoid dengan melihat adanya pembengkakan pada daerah mastoid kemudian dilakukan pemeriksaan pendengaran apakah mengalami gangguan atau tidak dengan bantuan alat garpu tala.
4)    Hidung
Pada pemeriksaan hidung untuk menilai adanya kelainan bentuk dari hidung atau juga untuk menentukan ada tidaknya etistaksis, pemeriksaan yang dapat digunakan adalah pemeriksaan rhinoskopi anterior maupun posterior.
5)    Mulut
Pada pemeriksaan mulut dapat ditemukan ada tidaknya trismus, halitosis, ladiostosis.Selanjutnya adalah pemeriksaan gusi dapat ditentukan adanya edema atau tanda-tanda radang.Pemeriksaan lidah juga dapat ditentukan apakah terjadi kelaianan kongengital atau tidak. Pada pemeriksaan gigi khususnya pada anak kadang-kadang gigi tumbuh dan mudah lepas dan perkembangan gigi susu dimulai tumbuh pada umur 5bulan tetapi kadang-kadang 1 tahun. Dalam pemeriksaan selanjutnya dapat diketahui adanya pengeluaran saliva dengan melihat banyaknya saliva yang dikeluarkan.
6)    Faring
Pemeriksaan ini untuk melihat adanya hyperemia, edema, dan adanya abses baik retrofaringeal atau peritonsilar atau lainnya.Adanya edema faring umunya ditandai dengan mukosa yang pucat dan sembab pada difteri dapat ditentukan adanya bercak putih abu-abu yang sulit diangkat.
7)    Laring
Pada pemeriksaan laring sangat berhubungan dengan pemeriksaan pernapasan apabila adanya obstruksi pada laring maka seseorang mengalami stridor yang disertai dengan batuk dan suara serak.
8)    Leher
Pada pemeriksaan leher untuk menilai adanya tekanan vena jugularis, dengan cara meletakkan pasien dalam posisi terlentang dengan kepala dan dada diangkat setinggi 15-30o kemudian pemeriksaan yang lain adalah ada tidaknya massa dalam leher.
9)      Pemeriksaan Dada
Pada pemeriksaan dada yang perlu diketahui adalah garis atau batas di dada dan dalam melakukan pemeriksaan adalah IPPA (inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi). Pada penilaian bentuk dada diantaranya:
a)    Pertama, funnel chest  yang merupakan bentuk dada dimana sternum bagian bawah serta iga masuk ke dalam terutama saat inspirasi, yang dpaat disebabkan hipertropi adenoid yang berat.
b)    Kedua, pigeon chest merupakan bentuk dada dimana bagian sternum menonjol kea rah luar, dimana biasanya disertai dengan depresi ventrikel pada daerah kostokodral.
c)    Ketiga, barrel chest merupakan bentuk dada dimana dada berbentuk bulat seperti tong yang mana sternum terdorong kearah depan dengan iga-iganya horizontal yang dapat ditemukan pada penyakit obstruksi paru.
10) Payudara
Pemeriksaan payudara pada anak digunakan untuk mengetahui perkembangan dan kelainan payudara anak, diantaranya mengatahui ada tidaknya ginekomastia patologis terjadi galaktore, sebelum anak mengalami masa pubertas.
11)   Paru
Pada pemeriksaan paru langkah pertama adalah inspeksi untuk melihat apakah terdapat kelainan patologis ataukah hanya fisiologis dengan melihat pengembangaan paru saat bernapas. Sedangkan untuk pemeriksaan secara palpasi dapat dinilai:
a)    Simetri atau asimetri dada yang dapat diperoleh karena adanya benjolan yang abnormal, pembesaran kelenjar limfe pada aksila.
b)    Adanya premitus suara yang merupakan getaran pada daerah toraks saat anak bicara, atau menangis yang sama dalam kedua sisi toraks. Caranya dnegan meletakkan telapak tangan kanan dan kiri pada daerah dada atau punggung.
c)    Adanya krepitasi subkutis yang merupakan adanya udara pada daerah bawah jaringan kulit, adanya krepitasi ini dapat terjadi spontan, setelah trauma atau tindakan trakeostomi.
Kemudian pemeriksaan secara perkusi dapat dilakukan dengan cara langsung atau tidak langsung, cara langsung dengan mengetukkan ujung jari atau jari telunjuk langsung ke dinding dada, sedangkan cara tidak langsung dengan cara meletakkan satu jari pada dinding dada dan mengetuknya dengan jari tangan lainnya yang dimulai dari atas ke bawah dan kanan atau ke kiri dengan membandingkannya. Hasil penilaian pemeriksaan ini adalah:
Pertama, sonor merupakan suara paru yang normal, kedua adalah redup atau pekak suara perkusi yang berkurang normalnya pada daerah scapula, diafragma, hati, jantung.Suara pekak atau redup ini biasanya terdapat konsolidasi jaringan paru seperti pada atelektasis, pneumonia lobaris, dll. Khusus untuk pekak pada daerah hati ini terdapat setinggi iga ke 6 pada garis aksilaris media kanan yang menunjukkan adanya gerakan pernapasan yakni menurun pada saat inspirasi dan naik pada ekspirasi dan pada anak ini akan mengalami kesulitan khususnya dibawah 2tahun. Ketiga adalah hipersonor atau timpani yang terjadi apabila udara dalam paru bertambah seperti emfisema paru atau pneumotoraks.Pemeriksaan paru selanjutnya adalah pemeriksaan auskulatasi untuk menilai suara napas dasar dan suara napas tambahan, yang dapat dilakukan seluruh dada dan punggung.Caranya adlah dari kanan atau ke kiri dengan membandingkannya kemudian dari bagian atas ke bawah dan menekan daerah stetoskop yang kuat. Khususnya pada bayi suara napas akan lebih keras karena dinding dada masih tipis. Hasil penilaian dari auskultasi meliputi adanya suara napas dasar dan suara napas tambahan seperti dibawah ini :
Suara Napas Dasar
Merupakan suara napas biasa, yang meliputi suara napas pesikuler, bronchial, amforik, cog wheel breath sound dan metamorphosing breath sound
a)    Suara napas pesikuler: suara napas normal dimana adanya udara masuk dan keluar melalui jalan napas dan suara inspirasi lebih keras dan panjang daripada suara ekspirasi, apabila suara pesikuler melemah maka terjadi penyempitan pada daerah bronkus, atau keadaan ventilasi yang kurang seperti pada atelektasis, peneumonia, edema paru, efusi pleura, emfisema, pneumotoraks dan pesikuler mengeras apabila konsolidasi bertambah seperti pneumonia, adanya tumor dll, khusus pada asma suara pesikuler pada ekspirasi yang memanjang.
b)    Suara napas bronchial: merupakan suara napas dimana inspirasi keras kemudian disusul dengan ekspirasi yang keras pula, suara ini normal terdengar pada daerah bronkus besar kanan dan kiri, di daerah parasternal atas di dada depan dan di daerah interskapula di belakang, akan tetapi apabila terjadi pada daerah lain maka kemungkinan terjadi konsolidasi paru.
c)    Suara napas amforik: merupakan bunyi suara dimana suara tersebut menyerupai suara tiupan diatas mulut botol kosong.
d)    Suara napas cog wheel breath sound merupakan suara napas yang terdengar secara berputus-putus, tidak terus-menerus pada saat inspirasi maupun saat ekspirasi, yang dapat terjadi pada kelainan bronkus kecil.
e)    Metamorphosing breath sound merupakan suara napas dimana suaranya dimulai dari yang halus kemudian mengeras dan dapat dimulai dari suara vesicular kemudian menjadi bronchial.
12) Suara Napas Tambahan
Merupakan suara napas yang dapat didengar melalui bantuan auskultasi yang meliputi roonki basah (rales) atau roonki kering, wheezing, suara krepitasi, bunyi gesekan pleura (pleural friction rub).
a)    Roonki basah (rales) atau roonki kering : roonki basah terkenal dengan suara rales yang mempunyai arti bahwa suara napas seperti vibrasi terputus-putus yang tidak terus-menerus yang terjadi akibat getaran oleh karena cairan dalam jalan napas yang dimulai oleh udara. Suara roonki kering atau juga disebut sebagai rhonchi merupakan suara terus-menerus yang terjadi karena jalan napas yang menyempit akibat proses penyempitan jalan napas atau adanya jalan napas yang obstruksi.
b)    Suara wheezing suara napas yang termasuk dalam roonki kering akan tetapi terdengar secara musical atau sonor.
c)    Suara krepitasi suara napas yang terdengar akibat membukanya alveoli. Suara krepitasi terdengar normal pada daerah belakang bawah dan samping pada saat inspirasi yang dalam, sedangkan patofisiologis terdapat pada pneumonia.
d)    Bunyi gesekan pleura (plural friction rub) merupakan suara akibat gesekan pleura yang terdengar kasar seolah-olah dekat dengan telinga pemeriksaan yang dapat terjadi pada inspirasi maupun saat ekspirasi lebih jelas pada akhir inspirasi.
13) Jantung
a)    Inspeksi dan palpasi, pertama denyut apek atau aktivitas ventrikel lebih dikenal dengan nama ictus kordis merupakan denyutan jantung yang dapat dilihat pada daerah apek yaitu sela iga ke 4 pada garis mid klapikularis kiri sedikit lateral. Kedua, letak pulmonal yang merupakan detak jantung apabila tidak teraba pada bunyi jantung ke 2 dalam keadaan normal, apabila bunyi jantung 2 mengeras dapat diraba pada sela iga ke 2 tepi kiri sternum maka keadaan tersebut dapat dikatakan sebagai detak pulmonal. Ketiga, getaran bising merup[akan getaran dinding dada akibat bisisng jantung yang keras, yang terjadi pada kelainan organic.
b)    Perkusi, dilakukan untuk menilai adanya pembesaran pada jantung serta batasan organ jantung tersebut yang dilakukan daerah sekitar jantung.
c)    Auskultasi, dengan cara mendengarkan mulai dari apeks kemudian ke tepi kiri sternum bagian bawah, bergeser ke atas sepanjang tepi kiri sternum, tepi kanan sternum daerah infra dan supraklapikular kanan atau kiri.
j.      Pemeriksaan Abdomen
Dilakukan dengan cara inspeksi, auskultasi, palpasi, dan perkusi. Inspeksi untuk menilai ukuran dan bentuk perut, auskultasi mendengarkan melalui stetoskop dengan cara mendengarkan adanya suara peristaltic usus normal terdengar setiap 10-30 detik. Perkusi pada daerah abdomen dilakukan melalui epigastrium secara simetris menuju kemudian bawah abdomen. Pemeriksaan palpasi dapat dilakukan dengan cara monomanual (satu tangan) atau bimanual (dua tangan) seperti pada palpasi pada lapangan atau dinding abdomen seperti adanya nyeri tekan, ketegangan dinding perut, palpasi pada hati, palpasi limfa dan palpasi ginjal.
k.    Pemeriksaan Genetalia
Khusus pada laki-laki dapat diperiksa dengan memperhatikan ukuran, bentuk penis, testis serta kelainan yang ada.Sedangkan pada perempuan dapat diperhatikan adanya epispadia (terbelahnya mons pubis dan klitoris dan urethra membuka di bagian dorsal) adanya tanda-tanda sex sekunder dll serta cairan yang keluar dari lubang genetalia.
l.      Pemeriksaan Tulang Belakang dan Ekstremitas
Pada pemeriksaan tulang ektremitas pada anak dapat dilakukan dengan cara inspeksi terhadap adanya kelainan tulang belakang seperti lordorsis, kiposis, skoliosis.
m.   Pemeriksaan Neurologis
Pertama kali dapat dilakukan secara inspeksi dengan mengamati adanya kejang, tremor atau gemetaran, twitching, parese, paralesis, diplegia, paraplegia, tetraplegia, dan hemiparese.
2.    Pengkajian dari Disfungsi Pernapasan
a.    Pneumonia
1)    Pengkajian
a)    Usia
Pneumonia sering terjadi pada bayi dan anak.Kasus terbanyak terjadi pada anak berusia di bawah 3 tahun dan kematian terbanyak terjadi pada bayi yang berusia kurang dari 2 bulan.
b)    Keluhan utama: sesak napas.
c)    Riwayat penyakit:
(1)  Pneumonia virus
Didahului oleh gejala-gejala infeksi saluran napas, termasuk rhinitis dan batuk, serta suhu badan lebih rendah daripada pneumonia bakteri. Pneumonia virus tidak dapat dibedakan dengan pneumonia bakteri dan mukuplasma
(2)  Pneumonia stafilokokus (bakteri)
Didahului oleh infeksi saluran pernapasan bagian atas atau bawah dalam beberapa hari hingga 1 minggu, kondisi suhu tinggi, batuk dan mengalami kesulitan pernapasan.
d)    Riwayat penyakit terdahulu
(1)  anak sering menderita penyakit saluran pernapasan bagian atas
(2)  riwayat penyakit campak/fertusis (pada bronkopneumonia)
e)    Pemeriksaan fisik:
(1)  Inspeksi. Perlu diperhatikan adanya tahipne, dispne, sianosis sirkumoral, pernapasan cuping hidung, distensi abdomen, batuk semula nonproduktif menjadi produktif, serta nyeri dada pada waktu menarik napas. Batasan takipnea pada anak 2 bulan – 12 bulan adalah 50 kali/menit atau lebih, sementara untuk anak berusia 12 bulan-5bulan adalah 40 kali/menit atau lebih. Perlu diperhatikan adanya tarikan dinding dada ke dalam akan tampak jelas.
(2)  Palpasi. Suara redup pada sisi yang sakit, hati mungkin membesar, fremitus raba mungkin meningkat pada sisi yang sakit, dan nadi mungkin mengalami peningkatan (trachicardia)
(3)  Perkusi. Suara redup pada sisi yang sakit
(4)  Auskultasi. Auskultasi sederhana dapat dilakukan dengan cara mendekatkan telinga ke hidung/mulut bayi. Pada anak yag pneumonia akan terdengar stridor. Sementara dengan stetoskop, akan terdengar suara napas berkurang, ronkhi halus pada sisi yang sakit dan ronkhi yang basah pada masa resolusi. Pernapasan bronkial, egotomi, bronkofoni, kadang-kadang terdengar bising gesek pleura.
f)     Penegak diagnosis:
(1)  Pemeriksaan laboratorium
(a)  leukosit 18.000-40.000/mm2
(b)  Hitung jenis didapatkan geseran ke kiri
(c)  LED meningkat
(2)  X-foto dada
Terdapat bercak-bercak infiltrate yang terbesar (bronco pneumonia) atau yang meliputi satu/sebagian besar lobus/lobulus
b.    Asma
Asma ialah suatu proses obstruksi pernapasan yang reversible, yang ditandai oleh proses periode eksaserbasi dan remisi, terjadi spasme bronchial yang mengakibatkan obstruksi jalan napas. Kondisi ini biasanya muncul sebelum usia 5 tahun, dan sebelum usia remaja, lebih sering pada anak laki- laki disbanding perempuan.
Serangan asma umumnya disebabkan oleh factor intrinsic (alergi bulu binatang, serbuk, asak rokok atau debu).
Pengkajian Penyakit Asma :
1.            Respirasi
a.    Napas pendek
b.    Mengi ekspirasi yang memanjang
c.    Retraksi dada
d.    Takipnea
e.    Batuk kering
f.     Ronki
g.    Pernapasan Cuping Hidung
2. Kardiovaskuler:Takikardia
3.   Neurologis
a.      Gelisah
b.      Cemas
c.      Sulit tidur
4.      Muskuluskeletal
a.      Tidak mampu beraktivitas
5.   Integument
a.         Sianosis
b.         Pucat
6.   Psikososial
a.         Tidak patuh dengan pengebotan

c. Bronkiolitis
Suatu inflamasi infeksi virus pada bronkiolus yang menyebabkan obstruksi akut jalan napas dan penurunan pertukaran gas alveoli. Penyakit ini biasanya disebabkan oleh respiratory syncytial virus (rsv), biasanya terjadi pada anak usia 2 – 12 bulan, terutama selama musim dingin dan awal musim semi.
            infeksi ditandai dengan edema mukosa, peningkatkan sekresi mucus, obstruksi bronkiolus, dan distensi alveoli yang berlebihan. Komplikasi gangguan ini mencakup penyakit paru kronis dan bahkan kematian.
Pengkajian penyakit bronkiolitis :
1.    Respirasi
a.    Takipnea
b.    Retraksi
c.    Pernapasan cuping hidung
d.    Dispnea
e.    Pernapasan dangkal
f.     Penurunan bunyi napas
g.    Ronki kering
h.    Mengi
i.      Ekspirasi memanjang
j.      Batuk
2.    Kardiovaskuler
a.    Takikardia
3.     neurologis
a.    Iritabilitas
b.    Kesulitan tidur
4.    Gastrointestinal
a.    Kesulitan makan
5.    Integument
a.    Peningkatan suhu tubuh
b.    Sianosis
6.    Psikososial
a.    Cemas
D. Displasia brinkoplumonar
Penyakit paru kronis, bersifat progresif dan etiologinya tidak diketahui, yang ditandai dengan edema paru, hipertrofi, bronkiolus dan alveolus, serta memerlukan oksigen sepanjang waktu.Penyakit ini khususnya terjadi pada bayi premature yang mengalami syndrome kegawatan pernapasan yang dilakukan intubasi endotrakeal, pemberian oksigen konsentrasi tinggi, ventilasi dengan tekanan positif tinggi dalam waktu yang lama.
Komplikasi bpd meliputi penyakit pernapasan kronis, infeksi pernapasan yang sering, pneumotoraks, gagal jantung, hipertensi pulmonal, dan syndrome kematian mendadak pada bayi (sudden infant death syndrome, sids).

Pengkajian penyakit displasia brinkoplumonar :
1.    Respirasi
a.    Kesukaran pernapasan
b.    Retraksi
c.    Dispnea
d.    Crackles
e.    Ronki
f.     Mengi
g.    Atelektasis
2.    Kardiovaskuler
a.    Waktu pengisian kapiler memanjang
b.    Gagal jantung kanan
3.    Gastrointestinal
a.    Kesulitan makan
b.    Penurunan berat badan
4.    Muskuloskeletal
a.    Kelelahan
b.    Pertumbuhan yang tertunda
5.    Integumen
a.    Pucat
b.    Sianosis sirkumoral
6.    Psikososial
a.    Perkembangan yang tertunda
E. Batuk rejan
Yang disebut juga laringotrakeobronkitis, adalah infeksi saluran napas bagian atas dan bawah, yang menyebabkan edema subglotis, dan peradangan pita suara, yang kadang – kadang menyebabkan kesukaran pernapasan (spasme laring, dispnea, dan batuk yang menyalak), stridor, retraksi, dan sianosis.
Penyakit ini biasanya terjadi setelah infeksi saluran napas bagian atas.Penyebabnya yang paling umum adalah respiratory syncytial virus, adenovirus, dan viru parainfluenza.Penyakit ini biasanya menyerang anak yang berusia diantara 3 bulan dan 3 tahun.Terapi biasanya meliputi pemberian antibiotic dan cairan serta anak dijauhkan terhadap udara yang dilembabkan, untuk mempertahankan fungsi pernapasan.

Pengkajian penyakit batuk pejan :
1.    Respirasi
a.    Riwayat gejala flu berlangsung 1 – 2 hari
b.    Tanda dan gejala kesukaran pernapasan
c.    Dispnea
d.    Retraksi
e.    Sianosis
f.     Batuk yang menyalak
g.    Suara yang keras saat inspirasi
2.    Kardiovaskuler
a.    Takikardia
3.    Neurologis
a.    Gangguan tingkat kesadaran
b.    Gelisah
c.    Sakit kepala
d.    Kebingungan
e.    Gangguan tidur
4.    Gastrointestinal
a.    Kesulitan makan
5.    Integument
a.    Meningkatnya suhu tubuh (biasanya < 39oc), bergantung pada metode yang digunakan untuk pengukuran suhu tubuh
6.    Psikososial
a.    Kecemasan
F. Fibrosis kistik
Merupakan penyakita autosomal yang resesif, fibrosis kistik adalah penyakit genitik yang paling sering mengancam kehidupan pada anak kulit putih, di amerika serikat.Fibrosis kistik menyebabkan sekresi mucus dari kelenjar eksokrin untuk menghasilkan sekresi yang kental dan bertambah. Secara khusus, lender yang kental ini menyumbat membrane sel yang berfungsi dan mengurangi transfer membrane sel ke organ – organ seperti paru, pancreas, dan hati, sehingga menyebebkan kesulitan pernapasan, infeksi pernapasan yang kronis, deficit nutrisi, dan sirosis.

Pengkajian penyakit fibrosis kistik :
1.    Respirasi
a.    Mengi
b.    Batuk yang tidak produktif
c.    Hemopetisis
d.    Atelektasis
e.    Dispnea
f.     Barrel chest
g.    Trakeobronkitis
h.    Takipnea
2.    Gastrointestinal
a.    Kegagalan pertumbuhan
b.    Feses berbau busuk, berukuran besar, atau diare yang kronis
c.    Nafsu makan meningkat
d.    Luka
3.    Genitourinaria
a.    Infeksi vagina
4.    Musculoskeletal
a.    Kelelahan
b.    Postur pendek
5.    Mata,telinga,hidung, dan tenggorokan
a.    Sinusitis
b.    Polip hidung
6.    Integumen
a.    Memar
b.    Sianosis
c.    Permukaan kulit terasa bergaram
d.    Jari – jari tabuh / clubbing finger
7.    Psikososial
a.    Perkembangan yang terhambat
b.    Kecemasan
c.    Marah (potensial)
d.    Depresi (potensial)

G. Epiglotis
Infeksi yang dapat menyebabkan obstruksi saluran napas, yang ditandai dengan gangguan pernapasan akut, yang berlangsung dengan cepat, dan terjadi peradangan dari epiglotis.Infeksi ini sering disebabkan oleh haemophilus influenza tipe b, dan memiliki serangan dengan cepat.Secara khusus, anak tidak menunjukan tanda waktu tidur, namun saat terbangun anak langsung mengalami kesulitan dalam menelan saat bangun dan sakit tenggorokan. Deman dan letargi berlangsung dengan cepat, diikuti oleh dispnea.
Kondisi ini biasanya mempengaruhi anak antara usia 2 dan 5 tahun. Terapi yang diberikan termasuk pemberian ventilator mekanis atau trakeostomi.Antibiotic juga digunakan.

Pengkajian penyakit epiglotis :
1.    Respirasi
a.    Riwayat sakit tenggorokan dengan awitan kesukaran pernapasan yang terjadi tiba – tiba (dispnea, takipnea, retraksi, mengi)
b.    Pernapasan mulut
c.    Stridor pada inspirasi
d.    Hipoksia
2.    Kardiovaskuler
a.    Takikardia
b.    Denyut nadi kecil
3.    Gastrointestinal
a.    Mengeluarkan air liur
b.    Ketidak mampuan menelan
4.    Musculoskeletal
a.    Postur tubuh tegak lurus dengan dagu terangkat
b.    Gelisah
5.    Integument
a.    Pengingkatan suhu tubuh
6.    Psikososial
a.    Kecemasan
b.    Ketakutan
H. Tuberkolosis
Disebabkan oleh infeksi dari mycobacterium tuberculosis.Seorang anak yang reaksi kulitnya positif terhadap uji skrining tb memerlukan foto toraks untuk menentukan lesi aktif dan perluasannya. Anak sangat rentan selama tahun pertama dari 3 tahun kehidupan, dan kambuh kembali pada tahun sebelum,selama,dan segera setelah pubertas.

Pengkajian penyakit tuberkolosis:
1.    Respirasi
a.    Batuk
b.    Efusi pleura
c.    Klasifikasi yang nampak pada foto toraks
2.    Integument
a.    Demam
b.    Mengigil
3.    Gastrointestinal
a.    Penurunan berat badan
4.    Neurologis
a.    Meningitis
5.    Musculoskeletal
a.    Infeksi tulang




















BAB III
PENUTUP

A.   Simpulan
Proses pengkajian keperawatan harus dilakukan dengan sangat individual (sesuai masalah dan kebutuhan klien saat ini) dan secara holistic caring. Dalam menelaah status pernapasan klien, perawat melakukan wawancara dan pemeriksaan fisik untuk memaksimalkan data yang dikumpulkan tanpa harus menambah distres pernapasan klien. Setelah pengkajian awal perawat memilih komponen pemeriksaan yang sesuai dengan tingkat distres pernapasan yang dialami klien antara lain: tes diagnostik yang sesuai dengan diagnosa medis pasien.
Data hasil pengkajian keperawatan secara holistic caring merupakan dasar yang digunakan oleh perawat untuk menegakkan diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi sampai dengan evaluasi. Tanpa pengseorang pengkajian keperawatan yang lengkap dan holistic seorang perawat tidak akan bisa melakukan asuhan keperawatan secara holistic caring.

B.   Saran
Dalam pebuatan makalah ini juga penulis menyadari bahwa dalam pebuatan makalah masi terdapat banyak kesalahan, kekurangan serta kejanggalan baik dalam penulisan maupun dalam pengonsepan materi. Utnuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar kedepan lebih baik dan penulis berharap kepada semua pembaca mahasiswa khususnya, untuk lebih ditingkatkan dalam pembuatan makalah yang akan datang.





DAFTAR PUSTAKA

Alimul Hidayat, A. Aziz.2009.Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1.Jakarta: Salemba Medika
Nursalam dkk.2008.Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (untuk perawat dan bidan).Jakarta: Salemba Medika
Lynn, Betz, Cecily & A. Sowden, Linda.2009.Buku Saku Keperawatan Pediatri Edisi 5.Jakarta: EGC
Riyadi, Sujono & Sukarmin.2009.Asuhan Keperawatan Pada Anak.Yogyakarta: Graha Ilmu
Speer, Kathleen Morgan.2007.Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik dengan Clinical Pathway.Jakarta: EGC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar