Kamis, 09 Oktober 2014

Laporan Istirahat Dan Tidur


Laporan Pendahuluan
Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Istirahat dan Tidur
I.    TINJAUAN TEORI
A.    Definisi
1.      Menurut Potter & Perry (2005), Tidur merupakan proses fisiologis yang bersiklus bergantian dengan periode yang lebih lama dari keterjagaan.
2.      Kesempatan untuk istirahat dan tidur sama pentingnya dengan kebutuhan makan, aktivitas, maupun kebutuhan dasar lainnya. Setiap individu membutuhkan istirahat dan tidur untuk memulihkan kembali kesehatannya (Tarwoto, 2006).
3.      Istirahat adalah suatu keadaan dimana kegiatan jasmaniah menurun yang berakibat badan menjadi lebih segar. Sedangkan tidur adalah suatu keadaan relatif tanpa sadar yang penuh ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus yang berulang-ulang dan masing-masing menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah yang berbeda (Tarwoto, 2006).
4.      Tidur merupakan kondisi tiak sadar dimana induvidu dapat dibangunkan oleh stimulasi atau sensoriyang sesuai (Guyton dalam Aziz Alimul H) atau juga dapat dikatakan sebagai keadaan tidak sadarkan diri yang relatif, bukan hanya keadaan penuh ketenangan tanpa kegiatan, tetapi lebih merupakan suatu urutan siklus yang berulang, dengan ciri adanya aktifitas yang minim, memiliki kesadaran yang bervariasi terhadap perubahan fisiologis dan terjadi penurunan respon terhadap rangsangan dari luar.
Jadi dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa tidur adalah suatu keadaan relative tanpa sadar yang penuh ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus yang berulan-ulang dan masing-masing menyatakan fase kegiatan otak dan badanlah yang berbeda.
B.     EPIDEMIOLOGI
Masalah umum pada gangguan tidur :
1.      Insomnia
Adalah ketidakmampuan memperoleh secara cukup kualitas dan kuantitas tidur. Gejala yg dialami oleh klien yg mengalami kesulitan kronis untuk tidur, sering terbangun dari tidur, dan/ tidur singkat.
2.      Hipersomnia
Berlebihan jam tidur pada malam hari, lebih dari 9 jam, biasanya di sebabkan oleh depresi, kerusakan saraf tepi, beberapa penyakit ginjal, liver dan metabolisme.
3.      Parasomnia
Merupakan sekumpulan penyakit yang mengganggu tidur anak, Masalah tidur yang lebih banyak terjadi pada anak-anak seperti Night terrors dan mimpi buruk.
4.      Narcolepsi
Narcolepsi merupakan keadaan tidak dapat mengendalikan diri untuk tidur, misalnya tertidur dalam keadaan berdiri, mengemudikan kendaraan atau di saat sedang membicarakan sesuatu.
5.      Apnea Tidur
Apnea tidur adalah gangguan yang dicirikan dengan kurangnya aliran udara melalui hidung dan mulut selama periode 10 detik atau lebih pada saat tidur. Klien yang mengalami apnea tidur seringkali tidak memiliki tidur dalam yang signifikan. Selain itu banyak juga terjadi keluhan mengantuk yang berlebihan di siang hari.
6.      Deprivasi Tidur
Adalah masalah yang dihadapi banyak klien sebagai akibat disomnia, penyebabnya dapat mencakup penyakit ( mis. Demam, sulit bernapas atau nyeri ), stres emosional, obat-obatan, gangguan lingkungan, dan keanekaragaman waktu tidur yang terkait dengan waktu kerja. Dokter dan perawat cenderung mengalami deprivasi tidur karena jadwal kerja yang panjang dan rotasi jam dinas.

7.      Mengigau
Hampir semua orang pernah mengigau, hal itu terjadi sebelum tidur REM. Mengigau dikategorikan dalam gangguan tidur bila terlalu sering dan di luar kebiasaan.
C.     ETIOLOGI
Menurut Burton, (1990)
1.      Lesi Vestibular
                                           a.      Fisiologik
                                          b.      Labirinitis
                                           c.      Meniere
                                          d.      Obat
2.      Lesi Saraf Vestibularis
                                                 a.      Neuroma akustik
                                                b.      Obat
                                                 c.      Neuronitis
                                                d.      Vestibular
3.      Lesi Batang Otak
                                                 a.      Infark (perdarahan pons)
                                                b.      Migrain arteri basilaris
                                                 c.      Tumor
4.      Penyakit Sistem Vestibuler
5.      Penyakit SSP
6.      Kelainan Endokrin
7.      Kelainan Psikiatrik
8.      Kelainan Mata

D.    FAKTOR PREDISPOSISI
Sejumlah faktor mempengaruhi kuantitas dan kualitas tidur seringkali faktor tunggal tidak hanya menjadi penyebab masalah tidur. Seringkali faktor fisiologis, psikologis dan lingkungan dapat mengubah kualitas dan kuantitas tidur.
1.      Penyakit Fisik
Setiap penyakit menyebabkan nyeri, ketidaknyamanan fisik atau masalah suasana hati seperti kecemasan atau depresi dapat menyebabkan masalah tidur. Seseorang dengan perubahan seperti itu mempunyai masalah kesulitan tidur atau tetap tertidur. Penyakit juga dapat memaksa klien untuk tidur dalam posisi yang tidak biasa. Sebagai contoh, memperoleh posisi yang aneh saat dengan atau lengan di imobilisasi pada traksi dapat mengganggu tidur.
2.      Obat-obatan dan Substansi
dari daftar obat di PDR 1990, dengan 584 obat resep atau obat bebas menuliskan mengantuk sebagai salah satu efek samping, 486 menulis insomnia, dan 281 menyebabkan kelelahan ( Buysse,1991). Mengantuk dan deprivasi tidur adalah efek samping medikasi yang umum. Medikasi yang diresepkan untuk tidur seringkali member banyak masalah daripada keuntungan. Orang dewasa muda dan dewasa tengah dapat tergantung pada obat tidur untuk mengatasi stressor gaya hidupnya. Lansia seringkali menggunakan varrasi obat untuk mengontrol atau mengatasi penyakit kroniknya dan efek kombinasi dari beberapa obat dapat mengganggu tidur secara serius. L-triptofan, suatu protein alami ditemukan dalam makanan seperti susu, keju dan daging dapat membantu orang tidur.
3.      Gaya Tidur
Rutinitas harian seseorang mempengaruhi pada tidur. Jam internal tubuh diatur pukul 22, tetapi sebaliknya jadwal kerja memaksa untuk tidur pada pukul 9 pagi. Individu mampu untuk tidur hanya selama 3 sampai 4 jam karena jam tubuh mempersepsikan bahwa ini adalah waktu terbangun dan aktif. Kesulitan mempertahankan kesadaran selama waktu kerja menyebabkan penurunan dan bahkan penampilan yang berbahaya.
4.      Pola Tidur yang Biasa dan Mengantuk yang Berlebihan pada Siang Hari (EDS)
EDS sering kali menyebabkan kerusakan pada fungsi terjaga, penampilan kerja atau sekolah yang buruk, kecelakaan saat mengemudi atau menggunakan peralatan dan masalah prilaku atau emosional. Mengantuk menajdi patologis ketika mengantuk terjadi pada waktu ketika individu harus atau ingin terjaga. Kurang tidur yang kronis jauh lebih serius daripada kehilangan tidur yang sementara dan menyebabkan perubahan serius dalam kemampuan untuk melakukan fungsi sehari-hari. EDS cenderung menjadi paling sulit diatasi selama tugas yang menetap.

5.      Stress Emosional
Kecemasan tentang masalah pribadi atau situasi dapat menganggu tidur. Stress emosional dapat menyebabkan seseorang menjadi tegang dan sering kali mengarah frustasi apabila tidak tidur. Stress yang menyebabkan seseorang menyebabkan terlalu keras untuk tertidur, sering terbangun selama siklus tidur stress yang berlanjut dapat menyebabkan kebiasaan tidur yang buruk. Lansia juga seperti individu lain yang mengalami masalah perasaan depresi, sering juga mengalami perlambatan untuk jatuh tertidur, munculnya tidur REM secara dini, seringkali terjaga, peningkatan total waktu tidur, perasaan tidur yang kurang dan terbangun cepat (Bliwise, 1986).
6.      Lingkungan
Lingkungan fisik tempat seseorang tidur berpengaruh penting pada kemampuan untuk tertidur dan tetap tertidur. Ventilasi yng baik adalah esensial untuk tidur yang tenang. Ukuran, kekerasan dan posisi tempat tidur rumah sakit seringkali mempengaruhi kualitas tidur. Suara juga mempengaruhi tidur. Tingkat suara yang diperlukan untuk membangunkan orang tergantung pada tahap tidur (Webster dan Thompson, 1986).
7.      Latihan Fisik dan Kelelahan
Seseorang yang kelelahan menengah (moderate) biasa memperoleh tidur yang mengistirahatkan, khususnya jika kelelahan adalah hasil dari kerja atau latihan yang menyenangkan. Latihan 2 jam atau lebih sebelum waktu tidur membuat tubuh mendingin dan mempertahankan suatu keadaan kelelahan yang meningkatkan relaksasi.
8.      Asupan Makanan dan Kalori
Orang tidur lebih baik ketika sehat ehingga mengikuti kebiasaan makan yang baik adalah penting untuk kesehatan yang tepat dan tidur (Hauri dan Linde, 1990). Makan besar, berat, dan berbumbu pada makan malam dapat menyebabkan tidak dapat dicerna yang menganggu tidur. Alergi makanan menyebabkan insomnia.

E.     Patofisiologi
Tahapan Tidur
Tahap pra tidur
 

Non REM             Non REM                   Non REM                   Non REM
Tahap 1                   Tahap 2                      Tahap 3                         Tahap 4
                                                           
                                         
 Tidur REM                            
                       
                               Non REM                              Non REM
                               Tahap 2                                    Tahap 3
F.      Klasifikasi
a.       Tahap Tidur
            EEG, EMG, DAN EOG sinyal listrik menunjukkan perbedaan tingkat aktivitas yang berbeda dari otak, otak dan mata yang berhubungan dengan tahap tidur yang berbeda ( Sleep Reseach Society, 1993). Tidur yang normal melibatkan dua fase yaitu pergerakan mata yang tidak cepat ( NREM, tidur nonorapid eye moment), dan pergerakan mata yang cepat ( REM, tidur rapid eye moment). Terdapat 4 tahapan tidur NREM yaitu:
1)       Tahap 1 NREM
a)      Tahap meliputi tingkat paling dangkal dari tidur
b)      Tahap berakhir beberapa menit
c)      Pengurangan aktivitas fisiologis dimulai degan penurunan secara bertahap tanda-tanda vital dan metabolism.
d)     Seseorang dengan mudah terbangun oleh stimulus sensori seperti suara.
e)      Ketika terbangun, seseorang merasa seperti telah melamun.
2)      Tahap 2 NREM
a)      Merupakan periode tidur bersuara
b)      Kemajuan relaksasi
c)      Untuk terbangun masih relatif mudah
d)     Kelanjutan fungsi tubuh menjadi lamban
3)      Tahap 3 NREM
a)      Tahap awal dari tidur yang dalam
b)      Orang yang tidur sulit dibangunkan dan jarang bergerak
c)      Otot-otot dalam keadaan santai penuh
d)     Tanda-tanda vital menurun tetapi tetap teratur
e)      Tahap terakhir 15 hingga 30 menit.
4)      Tahap 4 NREM
a)      Tahap tidur terdalam
b)      Sangat sulit untuk membangunkan orang yang tidur
c)      Jika terjadi kurang tidur, maka orang yang tidur akan menghabiskan porsi malam yang seimbang pada tahap ini
d)     Tanda-tanda vital menurun secara bermakna disbanding selama jam terjaga
e)      Tahap berakhir kurang lebih 15 hingga 30 menit
f)       Tidur sambil berjalan dan anuresis dapat terjadi.

5)      Tidur REM
a)      Mimpi yang penuh warna dan tampak hidup dapat terjadi pada REM. Mimpi yang kurang hidup dapat terjadi pada tahap yang lain.
b)      Tahap ini biasanya dimulai sekitar 90 menit setelah mulai tidur
c)      Hal ini dicirikan dengan respon otonom dari pergerakan mata yang cepat,fluktuasi jantung dan kecepatan respirasi dan peningkatan tekanan darah.
d)     Terjadi tonus otot skelet penurunan
e)      Peningkatan sekresi lambung
f)       Sangat sekali membangunkan orang yang tidur
g)      Durasi dari tidur REM meningkat pada tiap siklus dan rata-rata 20 menit.


G.    Gejala Klinis
Gejala klinis ditandai dengan perasaan lelah, gelisah, emosi, apatis, adanya kehitaman di daerah sekitar mata, kelopak mata bengkak, mata merah dan mata perih, perhatian tidak fokus serta sakit kepala.
H.    Pemeriksaan Fisik
a.       Tingkat kesadaran
b.      Postur/bentuk tubuh: Skeliosis, kiposis, lordosis, dan cara berjalan
c.       Ekstrimitas (Kelemahan, Gangguan sensorik, Tonus otot, Atropi, Tremor,
Gerakan tak terkendali, Kekuatan otot, Kemampuan jalan, Kemampuan duduk, Kemampuan berdiri, Nyeri sendi, Kekakuan sendi.
I.       Pemeriksaan Penunjang
a.       Pemeriksaan Fisik
b.      Pemeriksaan Khusus
1)      ENG
2)      Audiometridan BAEP
3)      Psikiatrik
c.       Pemeriksaan Tambahan











II. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
A.    PENGKAJIAN
Dimulai dengan mengumpulkan data tentang :
1.      Identitas (umur, sex, pekerjaan, pendidikan)
2.      Keluhan utama
3.      Riwayat penyakit
4.      Pemeriksaan fisik
Meliputi :
a.       Inspeksi , palpasi , perkusi , auskultasi
b.      TTV
c.       Perilaku
5.      Data Fokus
Data subjektif
a.       Klien merasa lesu, mengantuk sepanjang hari
b.      Mengeluh susah tidur, kurang istirahat
c.       Pandangan dirasa kabur, mata berkaca-kaca
d.      Emosi meningkat, mudah marah/tersinggung
e.       Kepala pusing, berat
f.       Mengeluh sering terbangun
                    Data objektif
a)      Wajah nampak kurang bergairah (letih,lesu, lemah)
b)      Prestasi kerja menurun/kurang konsentrasi
c)      Gelisah, sering menguap
d)     Mudah tersinggung
e)      Ada bayangan hitam di bawah mata
B.     DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang berhubungan dengan masalah kebutuhan istirahat dan tidur diantaranya adalah :
1.   Gangguan pola tidur
Kemungkinan berhubungan dengan :
a. Suhu lingkungan sekitar
b. Perubahan pejanan terhadap cahaya gelap
c.  Kurang kontrol tidur

2. Ansietas
Kemungkinan berhubungan dengan :
a.       Perubahan dalam (status ekonomi, lingkungan, status kesehatan, pola interaksi, fungsi peran, status peran)
b.      Stres, ancaman kematian
c.       Kebutuhan yang tidak terpenuhi

C.  INTERVENSI
No
Diagnosa Yang Mungkin Muncul
Tujuan
Intervensi
Rasional
111
Gangguan pola tidur
Kemungkinan berhubungan dengan :
a.       Suhu lingkungan sekitar
b.      Perubahan pejanan terhadap cahaya gelap
c.       Kurang kontrol tidur
Setelah diberikan asuhan keperawatan ....x 24 jam diharapkan gangguan pola tidur klien efektif dengan kriteria hasil :
a.       Perasaan segar sesudah tidur atau istirahat
b.      Pola tidur, kualitas dalam batas normal
c.       Jumlah jam tidur dalam normal 6-8 jam/hari
a.       Kaji rutinitas tidur yang biasa dilakukan klien
b.      Ciptakan lingkungan yang nyaman
c.       Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat
d.      Kolaborasi pemberian obat tidur
a. Mengkaji dan mengidentifikasi kebiasaan tidur klien
b. Meningkatkan kenyamanan tidur serta dukungan fisiologis/psikologis
c. Istirahat adekuat dan tidur dapat meningkatkan status emosional
d. Mungkin diberikan untuk membantu pasien tidur/istirahat selama periode transisi dari rumah ke lingkungan baru.



1.      2. 2
Ansietas
Kemungkinan berhubungan dengan :
a.       Perubahan dalam (status ekonomi, lingkungan, status kesehatan, pola interaksi, fungsi peran, status peran
b.      Stres, ancaman kematian
c.       Konflik tidak disadari mengenai tujuan penting hidup
Setelah diberikan asuhan keperawatan ....x24 jam diharapkan ansietas klien efektif dengan kriteria hasil :
a.       Mengidentifi
kasi,mengungkapkan, dan menunjukkan tehnik untuk mengontrol cemas
b.      Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
c.       Ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan

a.       Gunakan pendekatan yang menenangkan
b.      Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
c.       Jelaskan prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
d.      Berikan obat untuk mengurangi kecemasan

a.       Memungkinkan waktu untuk mengekspresikan perasaan, menghilangkan cemas, dan prilaku adaptasi
b.      Meningkatkan relaksasi/istirahat dan menurunkan rasa cemas
c.       Menurunkan cemas dan takut terhadap diagnosa dan prognosis
d.      Membantu pasien rileks secara fisik mampu untuk membuat strategi koping adekuat


C.     IMPLEMENTASI
            Tindakan keperawatan mandiri seperti prilaku, peningkatan kesehatan dan upaya pencegahan, pengaturan posisi dan intervensi mandiri.
      Tindakan keperawatan mencangkup tindakan mandiri dan kolaborasi
            Tindakan mandiri : aktivitas perawat yang dilakukan atau yang didasarkan pada kesimpulan sendiri dan bahan petunjuk dan perintah tenaga kesehatan lain.
Tindakan kolaborasi: tindakan yang dilaksanakan atas hasil keputusan bersama dengan dokter dan petugas kesehatan lain.







D.    EVALUASI

Setelah dilakukan implementasi sesuai dengan batas waktu ditetapkan dan situasi kondisi klien, maka diharapkan klien :
1.      Gangguan pola tidur klien efektif dengan kriteria hasil :
a.       Perasaan segar sesudah tidur atau istirahat
b.      Pola tidur, kualitas dalam batas normal
c.       Jumlah jam tidur dalam normal 6-8 jam/hari

2.      Ansietas klien efektif dengan kriteria hasil :
a.       Mengidentifikasi, mengungkapkan, dan menunjukkan tehnik untuk mengontrol cemas
b.      Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
c.       Ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan













DAFTAR PUSTAKA
A. Aziz Alimul. (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep dan
                   Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Doengoes, Marilynn E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
Herdman ,T.Heather.(2012).Diagnosa Keperawatan NANDA Internasional.Jakarta : EGC
Mubarak,. (2007). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan Aplikasi dalam Praktik.   
                   Jakarta: EGC
Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, Hardhi, 2013. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA.
                    Jakarta: EGC
Potter&Perry, (2005). Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik, Edisi 4.Vol 2.
                   Jakarta: EGC
Tarwoto & Wartonah. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia danProses Keperawatan Edisi 4.
                      Jakarta : Salemba Medika

1 komentar: